Pussssssiiiiiiing

18 02 2011

Nak…

Sebulan ini Ibu benar-benar pusing dengan tingkahmu, Telak!
Kamu sudah kelas 2 di SDIT, usiamu sudah 6 tahun, walau badannya seperti anak 12 tahun
Ditemani asisten, kamu mulai canggih tak tik tuk laptop jatah satu jam sore Aneka file didownload upload, dari mulai lagu anak cerpen sampai logo foto
Herannya yang kamu aplod kok bukan fotomu sendiri, tapi kok banyakan pose Ibu, hick
Kalau Ibu inbox dan larang, kamu paling nyengir dan tetap berkarya
Pussiing….

Mini pentax Ibu, ini yang kesekian kali tak berbentuk rupa
Harusnya tersimpan di tas tangan Ibu, selalu saja raib sudah terkalung dilehermu
Jeprat jepret tak henti disana sini, sampai jempol kram Ibu di pedal mobil pun jadi sasaranmu
Folder My Picture, sudah sesak penuh dengan hasil bidikanmu
Banyak koleksi wajah dan keluarga dan kawan-kawan, terbingkai imut dalam aneka frame kucing dan putri duyung
Pussssiiiing….

Ibu ingat betul saat terakhir lalu percetakan mengirimi 5 box business card. Loh kok udah gak ada lagi?
Diinfo asisten, kalau dimana kemana ternyata kamu pergi selalu bawa satu box dan dibagi-bagi ya, duh duh duh
“Sampai guru murid sd smp sma mang beca satpam gerobak jajanan sekolah aja semua pada punya karena kau bagi. “Saya udah larang, tapi gak ngaruh bu” begitu kata asisten…hadudududuuuuu
Pussssssiiiiiing…..

3 hari lalu Ibu dilapori asisten
Kamu manjat-manjat lemari kitchenette ya ambil stok jagung dan mentega
Ke sekolah kamu tenteng mesin popcorn mini di dapur ya
Kamu colok mesin dan bergaya demo popcorn saat istirahat dan makan siang
Jadilah kehebohan pesta jagung dikelas dan sekolahmu
Pussssssssiiiiiiiing…..

Lembar UTS matematika mu, jawabannya benar semua, tapi kok nilainya hanya 76 sih
Ibu sudah periksa, benarlah perkiraan Ibu
Ini sudah yang kesekian kali kamu suka-suka menjawab hasil akhirnya saja
Padahal Ibu sudah wanti2, walau kamu bisa menalar dan jarimatika, kalau ulangan tetap tulis uraian caranya
“Bu guru yang keliru. harusnya tulis dong minta diurai caranya gitu”.
Benar juga sih, pertanyaannya memang tertulis “berapa”, bukan “bagaimana caranya”.
Ah tapi tetep aja atuh neng kalau maunya guru ya harus seperti itu
Pussssssssssiiiiiiiiiing….

Nak, Ibu tambah keder keder
Saat waktu duit kamu kok banyak terus, dikasih hampir tiap hari ke Ibu, pernah sampai 300 rebu
Padahal hanya seribu Ibu jatah duit jajan sekolah sehari ditanganmu
Karena toh sudah ada catering sekolah, dan voucher kantin hasil prestasi tahfiz harianmu
Kalau Ibu tanya darimana, jawabmu hanya “ada deeeh…..”
Selayang surat dari sekolah kemarin sorelah jawabannya
“Dimohon siswa untuk tidak melakukan aktivitas berjualan disekolah”
Masyaallah, baru nyadar kalau ternyata kamu bawa jilbab swimsuit anak dll yang kebetulan stocknya ada dirumah
Kamu charge pula teman dan gurunya atas hidangan popcorn buatanmu
“Temen-temen yang minta kok aku bikin popcorn”
“Temen-teman sendiri kok yang minta dibawain jilbab dan bajunya”
Ya mereka gak akan minta dan pesan kalau kamu gak nawarin atuh neeeeng….
Enteng banget deh jawaban kamu.
Pussssssssssssiiiiiiiiiiiing…..

Ibu jadi deg-degan kalau begini. Hick…hick….

But dont’ worry, still I love you….

TehLeni





Kantung Daging

18 02 2011

Pintu rumah diketuk, seseorang tersenyum menghantar sekantung daging kurban. Kantung daging pun saya bagi dua, sebagian saya berikan pada seorang kakek yang tiba-tiba datang mengetuk rumah

Baru 5 menit, kembali pintu diketuk, lelaki berjubah putih, wajahnya adem sekali, tanpa cakap meletakkan dua kantung daging kurban di tangan saya.  Karena setengah kantung daging pertama belum tersentuh, 2 kantung terakhir saya berikan pada seorang nenek yang tiba-tiba melintas di depan rumah.

Masih kebingungan, kembali berdatangan, satu persatu dengan wajah-wajah silih berganti tak satupun dikenal, tersenyum ramah memberikan masing-masing sekantung daging kurban kepada saya. Kantung-kantung daging itu menumpuk didalam dan teras rumah, sehingga saya sangat sibuk memberikan pada orang-orang yang berlalu lalang di depan rumah. Beberapa saya titipkan pada mereka, untuk dibagi-bagikan lagi.

Saya letih dan….saya terbangun. Rupanya hanya mimpi, sebuah mimpi yang indah, saya sangat menikmatinya, Alhamdulillah. Kantung-kantung daging dalam mimpi, mengingatkanku pada Qurban Idul Adha beberapa waktu lalu….

“Sekali-kali dikita dong bu kurbannya, jangan di mesjid ibu melulu”

Begitu kata Yuri, seorang penggerak pemuda karang taruna di komplek
Ok lah…saya perhatikan para pemuda ini sibuk sembelih dan kuliti 2 sapi 2 kambing
10.00 sudah selesai, cepat sekali. Loh loh…kok malah semuanya dimasukkan ke karung?…loh loh kok dinaikkan mobil pick up?

Saya buntuti mereka, kemana sih akan dibawa semua daging kurban warga sebanyak itu

Masuk ke daerah tambun, lewati perumahan cakep-cakep
Lalu tiba-tiba belok  masuk ke jalan becek sempit….kedalam, jauh berliku-liku
Sampailah ke suatu desa kumuh, rumahnya masih banyak yang setengah bilik, kanan kiri tumpukan sampah dalam karung
Oooo, pemukiman pemulung, baru tahu, selama ini saya kurang gaul di Bekasi
Sebuah rumah mungil permanen bertuliskan “Yayasan Anak Yatim Piatu dan Faqir AlFitrah”. Tampak rak-rak buku berjejer, wah ada taman baca juga, lengkap. Mirip Rumah Baca-nya Pak Toni di Bekasi Timur. Anak-anak pemulung disana bisa baca sepuasnya, diajari ngaji komputer, malamnya pencak silat.
“Kita masak dan bagi rata daging kurban ini, insyaallah semua keluarga pemulung disini bisa merasakan  daging makan siang dan malam hari ini yaaa, alhamdulillah” begitu ucap pemuda kurus keriting berkaos belel, ustadz muda Faturrachman, sang penggerak.
Mudah, cepat, aman, tepat sasaran….membagi daging kurban ala pemuda karang taruna. Kita orang-orang tua, saya, perlu banyak belajar dari mereka.
Mimpi semalam, semoga saya semakin siap untuk Qurban mendatang, amin.

TehLeni

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah. (Qs. Al-Kautsar, 108: 2)

Dan serulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfa’at bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rizki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang kesusahan lagi fakir. (Qs. Al-Hajj (22): 27-28)

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syari’atkan penyembelihan Qurban supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka, maka Rabb-MU adalah Allah yang satu karena itu berserah dirilah kamu kepada-NYA. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh.” (Qs. Al-Hajj (22): 34)

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri dan telah terikat. Kemudian apabila ia telah tumbang (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukan unta-unta itu kepada kamu, supaya kamu bersyukur. (Qs. Al-Hajj (22): 36)

Dari Aisyah ra sesungguhnya Nabi Saw bersabda: “Bahwa tidak ada amalan manusia pada hari raya adha yang lebih dicintai Allah SWT, selain mengalirkan darah hewan (maksudnya : menyembelih hewan qurban)” (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)

“Tidak beriman kepada-Ku seorang yang tidur malam dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya lapar dan dia mengetahui” (HR. Bazzar dan Thabarani, Hadis Hasan)

Barangsiapa yang mempunyai keleluasaan (untuk berqurban) lalu dia tidak berkurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami”. (HR Imam Thahawi *)

Dari hadits Mikhna bin Salim, bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai sekalian manusia atas setiap keluarga pada setiap tahun wajib ada sembelihan (udhiyah)”. (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa’i).

“Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada seorang berqurban dengan seekor kambing untuknya dan keluarga-nya”. (HR Ibnu Majah dan AtTirmidzi dan dishahihkannya dan dikeluarkan Ibnu Majah semisal hadits Abu Sarihah dengan sanad shahih)

Hadist A’isyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik amal bani Adam bagi Allah di hari Idul Adha adalah menyembelih qurban. Di hari kiamat hewan-hewan qurban tersebut menyertai bani Adam dengan tanduk-tanduknya, tulang-tulang dan bulunya, darah hewan tersebut diterima oleh Allah sebelum menetes ke bumi dan akan membersihkan mereka yang melakukannya” (HR. Tirmizi, Ibnu Majah)

Abu Hurairah yang menyebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mempunyai kelonggaran (harta), namun ia tidak melaksanakan qurban, maka janganlah ia mendekati masjidku” (HR. Ahmad, Ibnu Majah).





Seorang Wanita Bernama IBU

18 02 2011

Bersabar….saat tertekan

Tersenyum….saat hati menangis

Diam….saat diteror, difitnah, dan dihinakan

Penuh pesona…..saat memaafkan

Satria…..saat ditempa kesulitan

Kuat……dalam doa dan harapan

Jihad fisabilillah membela akidah dan anak-anaknya

Itulah seorang wanita bernama IBU

– TehLeni –

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibu telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapih dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali” [Luqman 14]

“Sungguh wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Bila kau ingin meluruskan, kau akan mematahkannya. Bersenang-senanglah dengannya jika kau ingin, namun padanya ada kebengkokan (HR Bukhari 3331 Muslim 3632)

“Dan bergaullah kalian (para suami) dengan mereka (para istri) secara patut” (An Nisa 19)

“Dan para istri memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” (Al Baqarah 228)

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga (istri)nya. Dan aku adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadap keluarga (istri)ku” (Tafsir Al Quranil Azhim 2/173)

“Bila kalian (para suami) tidak menyukai mereka (para istri), maka bersabarlah karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu padahal ALlah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (An Nisa 19)

“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah, jika ia tidak suka satu tabiat/ perangainya maka (bisa jadi) ia ridha (senang) dengan tabiat/ perangai yang lain” (HR Muslim 1469)

“Jika kalian ingin mengganti istri kalian dengan istri yang lain, sedang kalian telah memberikan kepada seseorang diantara mereka harta yang banyak, maka janganlah kalian mengambil kembali sedikitpun dari harta tersebut. Apakah kalian akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan menanggung dosa yang nyata? Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat” (An Nisa 20-21)





Be Rilex

18 02 2011

Tubuh dan ruh adalah sesuatu yang hidup, dan saling melengkapi diri

Such a tanggo need two, keduanya adalah partner yang tercipta dalam hidup

Ada kala suka duka, sehat sakit, segar penat

Tasyakuri saja….syukuri

Secara vertikal,  kita bertindak dengan worship n prostration, bersujud wajib dalam kelima waktu shalat, serta bonus shalat sunnah lainnya

Secara horizontal, mari gerakkan  dan asupkan raga kita dengan nutrisi yang halal, bergizi dan seimbang.

Sekeras apapun ujian hidup, muslim sejati selayaknya selalu berkepribadian tenang….kapanpun dimanapun.

So why should be rilex ?

Karena lawan Rilex adalah Stress. Dan stress itu hanyalah bagi orang-orang yang belum maksimal berusaha dan tawakal…..insyaallah bukan kita, amin

Selamat berakhir pekan, selamat “menghadiahi” diri sendiri….

*Happy Weekend*

Tehleni





Khairunnas Anfauhum Linnas

18 02 2011

1981, disudut kota Garut. Saat ditanya sang cucu yang sedang berlibur di kampung, mengapa setiap sore Neneknya selalu mengisi bakul dengan tiga rantang beras, lalu cepat membagikan ke rumah-rumah bedeng di sudut2 kampung, diam2 ngumpet2 tanpa sepengetahuan kakek. “Kasihan. Ini jatah perut mereka dititipkan ke Nini (nenek). Semoga Allah selalu menjaga perut Mamang-mu (paman) yang sedang jauh kos kuliah di Jogya”.

[Fakta: sang paman selama kos 5 tahun di Jogja selalu mendapat makan gratis di masjid, kampus, ibu dan tetangga kos, atau saat memberi les privat]

1991, ditimur kota Bandung. Saat ditanya anak gadisnya, mengapa Ibunya selalu ajak makan bersama kesepuluh mahasiswa yang kos dirumah setiap pagi dan malam, padahal bayaran kos mereka hanya untuk kamar saja tidak termasuk uang makan. “Kan Mamah punya kamu yang kos juga di Jakarta, semoga Allah jaga baik anak Mamah ini ya”.

[Fakta: uang makan si anak selama kos di Jakarta selalu utuh tertabung, karena si Ibu Kos tak punya anak perempuan, selalu ajak si anak kos perempuan satu-satunya ini belanja masak dan makan bersamanya].

Khairunnas anfauhum linnas, kebaikan manusia sendiri-lah agar untuk selalu saling memberi manfaat. Tanpa perlu meminta merengek menyindir menyogok menjilat menyikut dan sejenisnya. Arrahman tercipta untaian rantai rizki hidup dari Allah yang luar biasa indah.

Saya, adalah sang cucu dan sang anak kos perempuan pada kisah nyata tersebut. Dapat kembali mengingat, dan membagikan hikmahnya di Jumat ini.  Semoga bermanfaat.

t.e.h.l.e.n.i.





Bu Guru

18 02 2011

Assalamualikum

Pagi ini, pukul 6 sebuah truk box keras mencium mundur si kijang biru yg sedang saya kendarai diam di lampu merah klender.

Innalillahi, saya merapat pelan ke kiri untuk cek. Saya pikir itu truk bakal tancep gas kabur, eh ternyata ikut minggir didepan si kijang.

“Jangan sedih ya BU GURU, saya salah. saya ganti ya” ujar si sopir tanpa ditanya. Saya diam saja, termangu dengan keindahan penyot kap kiri dan lampu sign terburai jurai.

“Saya punya segini bu. Insyaallah cukup. Ibu bawa ke jejeran ketok cat di rawamangun saja ya. Ini kartu nama saya, Kenapa2 ibu hubungi saya lagi deh. Ikhlas maafkan ya bu, biar lancar usaha saya hari ini”. Sambil serahkan uang 400 rb.

Saya terima uangnya, jazakallah. Saya kembali diam saja, soalnya memang lg gak mood bicara sih, lapar tak sahur, puyeng flu, pasrah, plus buru2 harus sampai kantor.

Melewati puluhan ketok cat berjejer di rawamangun, rezeki nyamperin pak ujang yg sendirian sudah buka paling pagi.

“Saya cuma dikasih 400rb pak sama yang nabrak. Tolong kurangi ya” begitu saya bilang ke pak ujang yang menawarkan 500rb utk jasa ketok las nya.

“Ya udah neng, penglaris. 300rb aja deh buat BU GURU mah, gak pa pa”…sambil nglirik setelan biru favorit saya dan tumpukan buku di dashboard….

Ha ha ha…pagi ini dua kali saya dituduh BU GURU. Seperti de javu mengingat ucapan tukang sate kikil pikul kemarin sore “Yang dimakan anak2 sate 40 lontong 5 bu, semuanya 28 rebu. Yg dimakan ibu mah gratis, saya ikhlas buat ibu, soalnya ibu kan BU GURU”

Wadoooh….padahal saya bukan bu guru, cuma ngajari anak2 aja dirumah, sesekali ya di masjid dan kampus Semua org2 itu baru saya kenal. Entah apa di benak orang2 sederhana itu tentang sosok BU GURU…

Saya dapatkan aneka hikmah pagi ini :

– selalu berusaha ikhlas dengan ujian musibah

– sikapi tanpa emosi, bahkan dg sikap diam saya tadi, masalah malah selesai sangat cepat dan mudah – pak ujang ketok cat, makin pagi bangun dan buka lapak, makin besar peluang rizki menghampiri

– penasaran dengan kesaktian sosok “BU GURU” he he he

400 ribu – 300 ribu. Selisih lebih 100 ribu nya sekarang sedang saya pake makan2. Saya niat batalkan puasa sunnah untuk memulihkan kesehatan, dan traktir pak ujang dan team ketok cat sarapan lontong sayur dibawah pohon rindang sebelah kali, menunggu dempulan cat mengering he he he nikmat.

Maha pengasih Allah dengan kehebatan rantai rizkinya, alhamdulillah.

Tehleni





Salahkah Bila Menangis ?

13 01 2011

Salahkah bila kita menangis ?

Bila melihat tayangan bedah rumah di TV, baca novel, dengar curhat teman, dikirimi foto bayi dan anak-anak yang lusuh/ cacat, video kekejaman di Palestina, mendengar lantunan ayat suci, kehilangan orang yang kita cintai…duh, siapa bisa menahan air mata ini mengalir.

Apalagi saat memandang wajah tak berdosa disaat si kecil tidur, menengadah tangan merintih sujud di sunyi malam mengadu macam-macam pada-Nya, atau saat berhadapan langsung dengan keagungan Ka’bah bagi yang sudah berziarah kesana… bukan hanya menu banjir air mata, namun sesak dada beraduk rasa sampai ingus meler kesana sini he he he

Bahkan kala duduk berdampingan dalam suatu penerbangan, seorang teman menangkap basah kanal di pipi saya dan mengejek  “lihat awan aja nangiiiiis…”...entahlah, mendadak hati bergetar, melihat kehebatan dan keindahan Sang Pencipta, saat itu rasanya kecil ciut dan mengkeret raga ini.

Kala menangis karena dipacu berbagai alasan, dan itulah tanda seseorang masih mempunyai “rasa”….rasa kasih sayang dan kelembutan hati, rasa takut, rasa cinta, rasa gembira, rasa menderita, rasa sedih, rasa terhina dan lemah…bahkan rasa munafik karena hanya ikut-ikutan, berpura-pura untuk mendapat belas kasihan orang saja.

Menangis secara teknis artinya memproduksi air mata. Dari beberapa sumber riset para ilmuwan nan pintar, katanya :

  • Air mata itu bermanfaat untuk membantu penglihatan karena bisa mencegah dehidrasi membrane mata.
  • Tanpa perlu obat tetes, zat lisozom pada air mata dapat membunuh 95% bakteri yang tertinggal di keyboard, pegangan tangga, bersin dll hanya dalam 5 menit.
  • Air mata menangis emosi ternyata mengandung racun yang terbebas dari tubuh, dan 24% protein Albumin yang dapat meregulasi system metabolism tubuh sehingga bisa menurunkan level depresi dan mood akan terangkat stabil.
  • Airmata menangis kesakitan ternyata mengandung hormon stress endorphin leucine-enkaphalin dan prolactin, yang bermanfaat untuk menurunkan level stress dan membantu melawan penyakit-penyakit yang disebabkan stress seperti hipertensi dan kejiwaan.
  • Bisa membangun sosialisasi, komunikasi dan kedekatan kepada objek yang memberikan dukungan saat kita menangis. Coba rasakan saat kita curhat dan menangis kepada pasangan, terlebih kepada Sang Maha Kuasa
  • Setelah menangis, ternyata system limbik, otak dan jantung akan menjadi lancar dan membuat seseorang merasa lebih baik dan lega, dan bisa membantu memfokuskan kembali pikiran untuk menyelesaikan berbagai masalah yang mendera.

Tapi janganlah menangis dengan bertele-tele, hanya alasan sepele bahkan tanpa alasan yang jelas, terus-terusan tanpa jeda mencuri perhatian, meraung kesana sini mengganggu ketenangan, sampai jadi sakit pusing kepala bahkan pingsan, …ini cara menangis yang keliru, tidak menyehatkan malah justru menimbulkan aneka penyakit baru dan masalah-masalah lainnya.

Saat sang buah hati, apalagi anak lelaki kita kesakitan jatuh, disunat, diejek temannya, janganlah kita pernah bilang “sudah sudah, gak sakit kok, gitu aja kok nangis kayak anak perempuan, jangan cengeng ah, kamu kan cowok”. Alangkah baiknya kita peluk, dukung dan bantu lepaskan rasa sakit mereka.

Rasul Muhammad SAW mengisak haru saat menikahkan Fatimah putri tercintanya, menitik air mata saat mengingat nasib umat di akhir sakaratul mautnya.

Jadi kapan ya saya terakhir menangis? dua tahun lalu saat badan dihantam tulang manusia hingga ngilu dan membiru? dua bulan lalu saat keji difitnah orang? dua minggu lalu saat terkabar ayah ibu tercinta bersamaan sakit? atau dua malam lalu saat berderai airmata dikocok kelucuan Sule dkk di OPVJ?… di pukul dua siang ini, kutemukan kedua pipi basah, sesak dada membuncah tak tertahan, kutahan isak, hanya air mata menitik pelan dibalik layar laptop ini, , ahhh sedikit lega rasanya…

Waktu dan tempat yang tepat, alasan dan cara yang sehat….jangan ragu dan malu, menangislah kawan, dan jangan lupa kembalilah tersenyum…





Rica-Rica

10 01 2011

The Leny bagi resepnya dwoong!
Teh Leny boleh di share di sini resep peda kukus sama terong rica-rica sama sekalian pak Untung resep zupa zoupnya! Wasalam Didin razani…

Re: The Leny bagi resepnya dwoong!
Mauuu…(makanan lagi, waktunya makan siang nih). Laper..laper..laper Xixi.Emuharim.

Re: Pedagang memberi resepnya? Kenapa tidak!
Pagi gini udah bahas terong rica sama peda kukus ni teh.Emuharim.

Komentar-komentar sahabat ini yang membuat saya punya utang selama weekend kemarin, dan akhirnya hari ini baru bisa berbagi resepnya. Semoga bermanfaat, dan selamat mencoba ya kawan…

Bumbu I :

  • 3 siung bawang merah
  • 6 siung bawang putih
  • 5 cabe rawit merah
  • 5 cabe merah
  • 4 cm jahe

Bumbu II :

  • 3 siung bawang merah
  • 6 siung bawang putih
  • 5 cabe rawit merah
  • 5 cabe merah
  • 2 batang serai
  • 1 lembar daun pandan
  • 5 lembar daun jeruk

Memasak Bumbu Rica :

  • Bumbu I diulek halus
  • Bumbu II dirajang saja, lalu ditumbuk kasar sebentar, supaya rasa rempahnya keluar
  • Bumbu I ditumis dengan minyak goreng secukupnya, sampai wangi. Masukkan bumbu II, tumis bareng sampai wangi
  • Tambahkan air, garam, gula putih, merica, secukupnya sesuai selera.
  • Setelah matang, matikan api. Peras 1 jeruk nipis, campurkan.

Bahan Utama :

  • Bisa aneka daging hewan halal, atau aneka sayuran seperti Terong Ungu favorit saya
  • Terong : 1 kg dicuci bersih. Belah 2 sampai ujung dan jangan terlepas dari tangkai. Goreng sebentar dalam minyak panas. Angkat dan tiriskan
  • Ayam bebek/ sapi kambing/ ikan: 1 kg dipotong iris sesuai selera, dicuci bersih. Rendam 10 menit dalam air mendidih untuk mengeluarkan racun septic dan kotoran buruk. Tiriskan, lumuri air lemon + parutan jahe + minyak wijen, diamkan 10 menit. Goreng matang dalam minyak panas. Angkat dan tiriskan.
  • Bahan utama disiram bumbu rica matang, atau bisa diadukcampurkan
  • Taburi bawang merah dan bawang putih goreng diatasnya.

Sedikit tips supaya masakan enak lezat dan menyehatkan :

  • Bahan didapat dengan cara atau uang halal
  • Bismillah dan berdoa sebelum mulai memasak, niatkan untuk kebaikan, misal untuk ibadah memberi keluarga gizi yang baik/ menjamu dan menyenangkan tamu
  • Memasak dengan ikhlas riang gembira penuh senyum, tanpa ada beban apalagi marah-marah
  • Menjaga kebersihan bahan tempat dan alat masak, salah satunya selalu dicuci bersih.
  • Semakin segar bahan, semakin baik hasil masakan
  • Gunakan media spatula kayu untuk mengambil dan mengolah bahan. Semakin minimal tersentuh langsung tangan, makanan akan semakin awet dan tidak basi

Resep ini saya dapat dari seorang kawan orang Makasar saat kuliah dulu.  Olahan resep saat ini menjadi salah satu menu buffet favorit pengunjung resto yang dikelola sahabat kami di daerah Kampung Baru – KL.

Semoga bermanfaat, dan selamat mencoba ya kawan.





Ikhlas, tepat dan adil, bukanlah hal mudah. Just keep growing up with.

14 11 2010

600 lembar alas tidur tikar besar. 1000 box susu bubuk anak. 600 roll biskuit bayi siap saji. 1500 pakaian baru anak-anak. 200 kotak susu cair siap minum. Tak disangka banyak amanah pada kali ini yang harus tersampaikan pada korban pengungsian merapi. Sampai rabu malam masih ditambah lagi 300 tas sekolah. 500 paket isi crayon warna buku gambar buku cerita mainan lego (yang ini saya jadikan tugas mahasiswa kumpulkan dan dapat nilai tambah he he), serta 1500 botol tetes mata dan curcuma dari sahabat dokter.

Bismillah, dari niatan yang terus urung sejak beberapa minggu lalu, kali ini saya paksakan diri untuk ikut serta, melihat langsung kondisi disana, sekaligus checking sekian donasi rutin yang telah disalurkan ke frontliner yang berbagai donator percayai disana. Kamis pukul 10.00 ngepot sebentar menghabiskan kekuatan rupiah yang tersisa ke Indogrosir Cipinang, dikawal 3 sahabat junior yang baik hati, plus 1 box truk pinjaman dari senior mas Koko melalui pak Jahran.

Kamis 10.00 Ngepot dan sauna belanja di Indogrosir

Kamis 11.00 Bhama, Gregg, Rio, bantu pinjam setirkan truk, dan angkut gotong muat bongkar

Berkat kepiawaian Komandan Feri dibantu trio junior Roy Gregg Bhama dan duo cleaning service Imam-Deni, semua donasi yang tertumpuk di wisma sudah memenuhi truk. Sayangnya tas sekolah crayon buku gambar mainan buku cerita dan obat-obatan tak mungkin muat lagi di truk, karena jumlahnya sungguh tak diduga banyak sekali dan masih tertumpuk di pondok kelapa.

“Bantuan Merapi” hasil print-an sahabat Wiwik tertempel cantik, 13.00 truk melaju dilepas oleh sahabat Unang, sementara saya sendiri masih sibuk pesan ini itu untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang akan tertunda selama 1 hari kedepan.  “Perhatian, seluruh komando perjalanan ada disaya, jangan pada bandel ya” demikian titah kumendan Feri, 15.00 Innova menyusul iringi truk, isinya kumendan Feri, Sukarto, saya dan Aini my guardian angel.

Kamis 14.00 Aini ulangan dan bolos supaya bisa ketemu teman-teman pengungsian

Kamis 21.00 Karto, Eko, Aini, isi bensin

Kamis 22.00 Seluruh komando misi pengantaran ada ditangan Kumendan Feri

Kamis 22.00 Truk dan malaikat kecil penyemangat perjalanan

Kumendan Feri mengambil alih kemudi. Antrian macet panjang perbaikan jalan, dicegat polisi periksa surat kendaraan, 2 kali isi bensin dan cari ATM dan numpang pipis, 3 kali berhenti di pos polisi dan pertigaan untuk bertanya memastikan arah jalan, adalah warna-warni perjalanan jalur tengah kami menuju Jogja.

Jumat 04.00 kepulan asap hitam letusan merapi dipagi hari menyambut kami. Kami sempatkan mampir ke posko jogja untuk minta izin parkir truk sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke TKP.  Shubuh sarapan mandi dan 1 jam saja kami coba pejam mata luruskan badan di kamar 420 dan 421 Hotel Quality yang disediakan sahabat yang baik hati.  30 menit saya sempatkan ke sebelah hotel cari ATM bayar tagihan HP yang sangat krusial diperlukan saat itu, dan cari sedikit oleh-oleh untuk bisa diburu keluarga saat kami pulang, untuk para guru yang sangat mendukung Aini”bolos” jumat demi misi merapi.

Jumat 04.00 , Merapi menyambut dengan letusan dan asap hitam. Jogja kota bersih tanpa asap dan abu.

Jumat 05.00 check in hotel dan mencoba istirahat

Jumat 09.00, Mas Krisna, arsitek, relawan, pemandu

Setelah berkoordinasi dengan sahabat Dayu, dan sahabat Handoko yang standby di Magelang menangani posko utama, 10.00 Jeep merah frontliner mulai memandu van dan dari hotel menuju TKP.  11.00 memasuki Klaten, dijalan raya sudah disambut aparat dan dipandu 2km selanjutnya menuju Balai Desa Jogonalan. Saya tidak terlalu banyak melihat aktivitas dan barak para pengungsi. Beberapa ibu terlihat duduk-duduk didepan rentengan jemuran, puluhan anak-anak bermain dilapangan, dan beberapa kaum prianya gotong royong membantu kami menurunkan bantuan. Aparat desa membuatkan kami surat serah terima barang, Pak Camat Suradi mengucapkan terimakasih atas bantuan yang jauh-jauh sudah diberikan.  “salam buat dek Wiwik ya, itu adek saya loh” he he siap Pak!

Jumat 11.00. Balai Desa Jogonalan, tempat penampungan pengungsi warga lereng merapi

Pak Suradi, Kades Jogonalan

Kaget dan terpukau, memandangi Merapi yang meletup dan berasap, mengarah ke arah Magelang

Mendengarkan cerita Pak Kades

Sebagian isi truk sudah terbongkar

Seorang aparat desa berbaju kampanye, melihat-lihat isi karung baju anak-anak. Insyaallah layak karena semuanya memang baru.

Serah terima dan tanda tangan daftar donasi

Ibu-ibu pengungsi di selasar kanan. Duduk-duduk dan melihat dari kejauhan.

Anak-anak mengisi waktu luang dengan bermain seadanya

Berbeda dengan Jogja Kota dan Klaten Kota yang terlihat normal bersih dan hijau tanpa abu, perjalanan arah Magelang penuh dengan tantangan. Terpaan angin keras dan abu tebal, pohon dan rumah tumbang laksana terlukis sephia, toko dan rumah semua tertutup abu, desa dan kota senyap bak kota mati. Kecepatan kendaraan hanya bisa dipacu 10 – 30km/ jam, pengendara dan motor yang terjatuh jadi pemandangan rutin, sesekali kami harus rem mendadak karena abu gelap yang tiba-tiba menghadang, luar biasa menegangkan.

Abu menyambut perjalanan ke arah Magelang

Angin mengencang, dua motor didepan slip dan terjatuh setelahnya

Abu menderas, kecepatan mobil hanya 10 – 30 km/ jam. Seringkali harus rem mendadak karena tertutup abu tebal.

3 meter jarak pandang maksimal kedepan, ini sudah yang terbagus.Wiper dan water spry tak henti bekerja

Jalanan licin dan berair oleh abu dan hujan

Bahkan 30 menit saya di van harus menunggu jeep dan truk yang terpisah ditengah perjalanan karena kondisi alam yang sedemikian buruknya, sambil mengevakuasi sepupu saya Miga dan bayinya Nayla akibat bencana merapi ini, berjuang mereka berdua menerjang abu untuk bisa janjian bertemu saya di depan pasar muntilan yang sepi tutup tak bernyawa.

Evakuasi sepupu dan bayinya. Rumahnya rubuh. 2 jam terperangkap di reruntuhan mushola pengungsian, akibat 2 jam gempa beruntun. 200 bebek petelur dan ikan2 di dua kolamnya mati semua karena hujan kerikil abu panas. Kebun cabenya gagal panen. 5 hari tanpa listrik. Krisis pakaian bersih dan terserang gatal-gatal.

Bak kota mati, sunyi senyap

Awal rencana “nakal” kami untuk menyelusup ke km10-15 dipandu frontliner terpaksa dibatalkan karena buruknya cuaca dan keterbatasan waktu. Jeep-truk-van merayap pelan di ring km15-20, melewati desa-desa yang tampak mati, berabu, pohon dan rumah bertumbangan, sawah palawija ringsek diterjang kerikil pasir dan abu panas, ya Allah. Kami melaju melewati berbagai desa, Dukun, Gunung Pring, dan Ngasem.

Satu dari sekian puluh pengungsian yang kami lewati. Lebih layak dan beruntung, namun lainnya swadaya dan memprihatinkan

Rumah dan tumbuhan rubuh diterpa angin kerikil pasir abu panas

Air kali berwarna abu penuh pasir pekat. Warga di pengungsian arah Magelang ini mengalami krisis air dan terserang penyakit gatal-gatal

Reruntuhan rumah dan abu yang masih menggulung

Sawah dan pohon semuanya sujud merunduk


Lihat bedanya, pepohonan depan sengaja saya goyangkan dulu debunya

Di desa terakhir, ditengah lautan dan hujan debu, truk dikosongkan muatannya. Kami disambut ratusan warga pengungsi, mereka sukacita, namun sungguh saya melihat wajah-wajah yang nrimo ikhlas dengan tatapan kebingungan.

Sulitnya medan menempuh penampungan swadaya sederhana di pelosok. Bahu membahu membuka akses jalan

Melewati timbunan pohon dan rumah runtuh, seperti kota mati, menegangkan

Bingung terasing mengungsi di kampung orang lain yang sama buruk keadaannya

Tiba di pos terakhir pengungsian swadaya yang jauh terpelosok

Ngasem, para pengungsi malu-malu keluar menyambut

Mata harus terus dipicingkan untuk menahan pedih debu, Aini harus pakai kacamata cengdem yang ikhlas dipinjamkan Karto.

Diterpa angin dan hujan abu, perangkat masker + kacamata pinjaman, sesak dan mata perih

Sesekali saya haris membuka masker untuk bisa berbicara jelas, sekaligus rasa “malu” karena hampir sebagian besar dari pengungsi harus tahan tidak bermasker karena ketidakadaan supply.

Ibu-ibu khusus ditempatkan di mushala, tikar robek dan terbatas digelar. 1 dari 10 saja yang menggunakan masker, memprihatinkan

Beberapa anak-anak datang mengelilingi, sementara Aini sibuk sendiri colek-colek beberapa bayi dan bagi-bagi coklat snack simpanannya, saya didatangi ibu-ibu yang tanpa diminta menceritakan rumahnya rubuh, ternaknya mati, anaknya ada yang patah kaki, dengan wajah nanar tanpa ekspresi, namun terlihat kerlip air mengambang dimata mereka. Demikian pula cerita tragis yang saya dengar dari sepupu. Duh duh, sabar ya, tawakal.

Ibu ratmi dan anaknya, rumah saya rubuh bu, anak saya patah kakinya tertimpa atap kayu saat gempa panjang

Gotong royong pengungsi membantu menurunkan bantuan. Aini dan teman-teman pengungsian ribut ikutan membantu, khas anak-anak

Pak Bambang, Kepala pengungsian setempat, serta warga secara khusus dan khusuk mendoakan segala kebaikan untuk kami dan keluarga sahabat yang sangat peduli. Rasanya malu atas semua doa ikhlas mereka yang tak sebanding dengan apa yang telah kita bantukan. Mereka juga sangat antusias berfoto dengan kami.

Pak Bambang kepala pengungsian swadaya, simbolis menerima bantuan

Heboh ingin foto bersama. Sedikit sekali yang pakai masker, padahal angin dan abu terus mengguyur

Rasanya saya malas untuk beranjak dari sana, ingin cerita-cerita banyak sama ibu-ibunya, ingin main-main lama dengan anak-anaknya. Disana kami berpisah dengan mas Eko supir truk, kami instruksikan untuk segera pulang Jakarta, dan angkut donasi trip kedua.

Sehabis mendengarkan curhat ala wanita bersama pengungsi. Sabar dan tawakal ya ibu-ibu. Walau badai ujian hidup menghadang, keep alhamdulillah keep smiling terus kayak saya

16.00, setelah makan kesiangan (lagi) di mbok berek, kami meluncur pulang.  Sok gaya sok pintar, jalur selatan kami lintasi dengan diskusi berat tasawuf agar menantang mata tetap melek ditengah terjangan lelah dan kantuk yang luar biasa. Setiran ala “Fear Factor” diiring derasnya hujan, menambah lengkap ketegangan dan kepasrahan malam itu. 22.00 saya shalat dikendaraan saja, dan sudah hilang selera dengan ajakan kedua driver handal untuk makan kemalaman di pringsewu wangon.

Sabtu 02.00 alhamdulillah kami tiba di rumah Bandung. Setelah didoping kopi hangat, Feri dan Karto melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Badan rasanya remuk dibanting-banting. Bada subuh saya “pingsan” dan terbangun pukul 11.00, bada duhur “pingsan” dilanjutkan sampai pukul 16.00. Bada magrib saya “pingsan” lagi sampai pagi tadi he he  he. Sebuah SMS masuk dari mas Eko supir“Bu, saya sampai lagi di Jakarta. Barang yang di pondok kelapa sudah masuk truk, bentar lagi saya jalan. Makasih ya bu”. Selamat jalan mas Eko, sampaikan trip kedua titipan kami kesana ya, supaya anak-anak bisa kembali ceria bermain belajar menggambar membaca, hilang trauma dan memanfaatkan kebosanan waktu mengungsi dengan kegiatan edukasi yang sebaik-baiknya.

Sabtu 17.00. Truknya mas Eko siap meluncurkan trip kedua.

Hanya syukur dan syukur, ditengah aneka ragam kewajiban lainnya, Allah telah kuatkan niat dan memberi kesempatan tak terduga untuk bisa menyelusup ke pelosok pengungsian swadaya yang terlantar, bertemu langsung saudara-saudara kita yang sedang berduka dan kebingungan disana. Dari beberapa sample pengungsian saja, mata kasat dan hati saya pribadi berbicara akan banyaknya fakta bantuan yang berbeda dengan aneka berita dan informasi yang dikoar-koarkan, sungguh memprihatinkan. Pelajaran hidup yang sangat berharga, terasa makin kecil saja diri ini, bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Sungguh beruntung Allah telah mempertemukan dan mempersatukan kami dengan orang-orang yang amanah dan berjiwa besar, penuh tindakan gak banyak omong, penuh keringanan tangan saling membahu dan membantu yang terbaik tanpa diminta tanpa hitung-hitungan. Semoga benar-benar terlahir semangat Tangan Di Atas, yang sesungguhnya.

Misi sudah berakhir? Semoga masing-masing hati kita menjawab “belum”. Disela isak tangisnya, sepupu salah satu korban nyata menceritakan 1500 an pengungsi di Bentingan dan di titik-titik pedesaan sekitar yang mengungsi swadaya seadanya dan tak terperhatikan, ribuan pengungsi yang saat ini katanya masih tidur ditruk-truk beratap terpal, belum lagi ditempat lainnya, Wasior dan Mentawai yang begitu terasa jauh dari jangkauan jasmani kita. PR besar untuk terus mengasah rasa, saling bantu dengan ikhlas, tepat dan adil, bukanlah hal yang mudah.

t.e.h.l.e.n.i.

Thanks to all keluarga himniers atas kekompakannya selama ini, juga para sahabat lainnya. Om Unang and Blake yang terus update pantau. Jeng wiwik sang debt collector. Pak Sumarna yang direcoki timbunan donasi di wisma. Mas Koko yang minjemin truk box belanja. Cilla dan Vega dengan dedikasinya. Gregg Roy Bhama Imam Deni yang keringetan angkut angkat. Dayu Handoko- Banteng dan Andrias yang sudah direpoti koordinasinya. Mas Khrisna untuk semangat pelosok dan jeep merah kerennya.  Mas Eko supir truk yang digenjot dua kali trip melelahkan sabtu ini.  Sang pemilik van nyaman dan penyedia kamar hotel transit. Simpai Deni yang memfasilitasi pertemuan dan truk boxnya. My guardian angel Aini to lighten my life spirit always high. Especially Sukarto dan Feri yang 24jam full gantian nyetir, banyak dikuras dompet pribadi dan pulsa HP nya, merawat dan menjaga saya dan Aini dengan sangat baik selama perjalanan, kembali tiba selamat dan sehat gemuk bergizi. Keep growing up with!





Claw and Will Claw Thee, Alhamdulillah

27 10 2010

25 Oktober 2010. Senin Yang Indah.

Anak-anak kok ya begitu gampang dibangunkan, tak seperti normalnya. 04.00 mereka masuk toilet mandi dan berpakaian seragam sendiri. Martabak wortel dan jus jambu menu sahur sehat disikat tanpa banyak protes. Shubuh pun terasa lebih khusyuk. 06.00 melaju tanpa hambatan. Menunggu pintu dibuka, 1 jam menuju 08.00 kami santai Dhuha di masjid Imigrasi Jaktim, adeeem. Alhamdulillah.

Nomor antrian 25 sampai 32 kami borong. Anak-anak begitu excited, mau ngantri sendiri di kasir – bayar – bawa berkas – foto dan diinterview petugas, tanpa mau ditemani, Good Girls!. Emak cukup memantau sambil jagain tas mereka dari tempat duduk. Singkat dan cepat, petugasnya pun cantik-cantik karena keramahannya, 10.00 kelar sudah. Jalan pun bersahabat lenggang menemani emak mengantar mereka ke sekolah toko rumah, dan kembali mengisi hari dengan beberapa titik meeting di seputaran Jakarta Pusat dan Timur. Alhamdulillaaah.

17.00 pasca point check keberadaan anak-anak di sekolah sore dan rumah. Waduh…kenapa parkiran bisa kayak kolam renang ya, Jakarta bakal tenggelam sepertinya bukan sekedar isu nih. Setan malas menghantam untuk bisa tiba di kampus Salemba. Namun terbayang pertanggungjawaban kelak, Emak putuskan hantam saja hujan dan banjir ini, cuma air kok!. ”Dadah mobil, kamu nginep aja disini aja ya”...Emak melambai haru pada si roda empat yang manis bermandi genangan air 20cm-an. Lirik kanan kiri cari ojek, sebuah tepukan halus mendarat dipundak ”kereto ku luwih duwur, wis tak anterke nang kampus yo”. Alhamdulillaaaaah.

Emak pun bak ratu sejagat, naik mobil kinclong di lobi, disupiri pula, plus music dan cemilan saat waktu berbuka maghrib. Beberapa kali kami harus berputar balik, mencari jalan kesana-sini karena terhadang banjir. 19.30, wadooh! Hampir 3 jam sudah kami masih saja terjebak di seputaran Jakarta Timur. Para pengemudi terlihat depresi, salipan seenaknya, sahutan klakson dan umpatan dimana-mana, herannya kami malah penuh tawa canda, ngobrol aneka topik heboh, yang sungguh jarang sekali bisa sempat kami diskusikan selama ini. Banjir dan macet yang bermakna, tak terasa…Alhamdulillaaaaaaah.

Baru saja Emak mau ambil HP, sebuah panggilan sekretariat masuk ”Jadi Ibu tetap akan mengajar?”. Ya iyya lah udah terlanjur dijalan begini, pantang mundur. ” Kalo begitu, Ibu hati-hati ya. Macet dan banjir begini.  Saya sudah siapkan ibu nasi uduk Mas Miskun dan jeruk panas nih Bu, bonus pejuang hari ini heeee”. Halah, baik banget sih, Alhamdulillaaaaaaah.

Tahu betul betapa tak keberatannya sahabat Emak ini, namun Emak putuskan untuk lebih tahu diri, keluarganya pasti sudah menunggu dirumah. Emak tolak halus paksaannya mengantar, Emak lanjutkan sisa perjalanan dengan busway saja, toh hanya 1 km-an lagi. Alamaaak, busway pun penuh sesak. Baru mulai menata posisi, kembali sebuah tepukan halus ditangan ”Silahkan duduk bu” begitulah seorang gadis muda menyapa. Alhamdulillaaaaaaaaah.

”Gak pa-pa, silahkan untuk Bapak aja, saya masih banyak stok daging lebih nih heee” Sambil tunjuk badan yang berbobot ini, begitulah jawaban Emak saat mensubkon penyikatan nasi uduk yang disediakan kepada pak Satpam. Dia pasti lebih membutuhkan, terlebih Emak terburu-buru harus memulai kelas yang sudah 2 jam terlambat. Dari sekian puluh yang seharusnya, hanya 2 mahasiswa saja yang Allah izinkan hadir, jempol seratusss!. Kampus dan kelas begitu lengang, Emak rasanya seperti di jaman SMA dulu sore-sore ngajar privat bocah SD, diskusi bertiga super seruuu, Alhamdulillaaaaaaaaaaah.

22.00 kelas pun berakhir. ”Mari bu, disini motornya”, sapa anak muda berhelm fullface menghampiri. Ah, Emak kenal dia, ojek kampus langganan yang baik, sopan dan tidak begajulan, setia mengantar Emak kalau tak bawa si roda empat. Motornya mulai melaju atraksi canggih, menyelip di antrian mobil yang tak kunjung bergerak. ”Ibu mau saya antar ke rumah Rawamangun apa Bekasi?”. Loooh kok pake nanya, biasanya dia langsung tancap ke rumah Rawamangun. Emak jadi mulai detail memperhatikan si anak muda dari belakang, lah kok pakai kemeja, lah lah kok ada tas nyantol di depan, lah lah lak kok jadi putihan kulitnya. Sebentar…sebentar…ini siapa ya, abang ojek khan????   “Saya Ardian bu, mahasiswa Ibu. Saya tadi tiba di kampus 21.30 karena terjebak banjir. Jadi nanggung dan malu juga mau gabung kelas kalau cuma 15 menit. Saya lihat ibu keluar ya disamperin deh. Terimakasih banget nih kok ya Ibu berkenan saya antar pulang”.

Tuing tuing tuing, Emak maluuuuu. Waduh nak, mohon maaf, Emak pikir kamu ojek langganan, helm cakilnya gak dibuka sih jadi gak jelas mukanya, pede banget pula langsung nyamperin mau antar hi hi hi. Emak berkali-kali minta maaf karena sudah menyangka ojek langganan. Tak digubris saat berkali-Emak kali pula minta stop turun di jalan karena harus pulang ke rumah Bekasi, si anak muda ini keukeuh ngotot lanjut antar Emak. Jadilah malam itu Emak diajaknya adventure trekking lewat-lewat kuburan cina gang tikus dan jalan tembus. Wow amazing, koleksi pengetahuan jalan Emak jadi nambah nih, Alhamdulillaaaaaaaaaaaaah.

Kembali terdengar jeritan klakson para pengemudi yang stress karena berjam-jam macet yang tak bergeming. Emak dan ojek intelek ini cukup 30 menit saja untuk sampai rumah Bekasi, nyelip sana sini, ngobrol macam-macam topik pembicaraan. Emak jadi tahu dia yatim piatu, perjuangan menanggung 2 adik perempuannya, melanjutkan kuliah, kerja kantoran, sambil usaha cuci steam motor dan 2 gerobak gorengan. Ini baru murid emak! Hmmm anak keren, anak baik, good boy!. Emak jadi tahu dan belajar banyak hal-hal baru darinya. Emak tambah pintar malam itu, Alhamdulillaaaaaaaaaaaaaaah.

Rupanya badan tahun 70 an ini kurang kompromi ya, terasa betul kakunya pinggang gara-gara duduk miring naik motor kejauhan. 22.30 tiba, tepat anak-anak selesaikan PR sekolah rebutan diperiksa dan laporan ini itu. Perang bantal malam itu telah menewaskan anak-anak dipukul 23.30. Sambil Emak ciumi satu persatu pipi mereka “Duh Gusti, izinkan saya dan mereka hidup bangun kembali besok pagi ya. Izinkan sahabat saya tadi punya mobil lebih gede dan tinggi lagi dari yang saya tumpangi. Izinkan gadis cantik di busway tadi dapat jodoh yang shaleh. Izinkan ilmu dua murid saya yang hadir tadi barokah. Izinkan Ardian mahasiswa saya tadi jadi orang jeneng dan sukses. Amin”.

Kreeeek….baru saja mata ini akan menutup, kepala seorang asisten nongol di sela pintu kamar yang dia buka pelan “Bu…saya pijitin yah”. Aihhhh, Allah tau aja deh….Alhamdulillaaaaaaaaaaaaaaah.

25 Oktober 2010. Senin Yang Indah.

t.e.h.l.e.n.i.

Just keep moving. Claw and will claw thee.